WASIAT RASULULLAH KEPADA ABU DARDA’ (1)

Dari Abu Darda’  ia berkata: Rasulullah shollallahu ‘alaihi wasallam bersabda kepadaku dengan sembilan perkara: (1) Janganlah engkau menyekutukan Allah dengan sesuatu, meskipun engkau dipotong atau dibakar (2) Janganlah sekali-kali engkau meninggalkan shalat wajib yang lima waktu dengan sengaja, karena barangsiapa yang meninggalkan shalat secara sengaja akan lepas dari jaminan Allah…
(HR.Bukhari, Ahmad 5/238, Ibnu Majah no.4034, Thabrani)
Wasiat ini merupakan wasiat yang agung sebagai rahmat untuk sekalian alam yang menunjukkan sayangnya Rasulullah terhadap umatnya. Wasiat ini meskipun untuk Abu Darda’ akan tetapi pada hakekatnya untuk seluruh kaum muslimin. Karena Rasulullah diutus untuk seluruh manusia, sebagaimana firman Allah: “Dan tidaklah Kami utus engkau, melainkan sebagai rahmat untuk sekalian alam.” (Al- Anbiya’:107).
MAKNA HADITS :
1. Janganlah menyekutukan Allah dengan sesuatu apapun meskipun engkau dipotong atau dibakar. Dalam wasiat yang pertama ini, Rasulullah melarang kepada umatnya agar tidak berbuat syirik terhadap Allah. Para ulama telah menjelaskan tentang syirik ini, yaitu: seorang hamba menjadikan sekutu bagi Allah, dia mencintainya sebagaimana ia mencintai Allah. Dia setia kepadanya sehagaimana ia setia kepada Allah, mengharap di waktu senang dan berlindung di waktu sulit serta dia mendekatkan diri kepadanya dengan berbagai macam ibadah yang tidak boleh dilakukan melainkan hanya kepada Allah, seperti berdoa kepada sesuatu apakah sesuatu itu berupa manusia, patung, pohon, batu, jin dan yang lainnya atau dia meminta kepada selain-Nya – beristighotsah, bernadzar, dan lain-lainnya. Maka inilah yang dikatakan sebagai perbuatan  syirik.
Allah berfirman: “Berdo‘alah kepada-Ku niscaya Kuperkenan-kan bagimu” (al-Mukmin /al- Ghafir:60)
Rasulullah bersabda: “Do’a adalah ibadah” (HR. Tirmidzi).
Oleh karena itu jika seseorang berdo’a, memohon pertolongan di saat sulit, dan lainnya kepada selain Allah, maka inilah yang dinamakan syirik. “Dan janganlah kamu beribadah kepada selain Allah apa-apa yang tidak dapat memberi  manfa‘at dan tidak (pula) mendatangkan bahaya kepadamu; sebab jika kamu berbuat (demikian) itu, maka sungguh kamu termasuk orang-orang yang zalim (musyrik)”. (Yunus 106)
“Dan siapakah yang lebih sesat dari orang yang menyembah sesembahan selain Allah yang tiada dapat memperkenankan do’anya sampai hari kiamat. dan mereka lalai dari (memperhatikan) do‘a mereka? Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari kiamat) niscaya sesembahan-sesembahan itu menjadi musuh mereka,dan mengingkari pemujaan mereka. (al-Ahqaf: 5-6). Dalam ayat ini Allah menjelaskan bahwa orang yang berdo’a, meminta kepada selain-Nya adalah orang yang paling sesat di muka bumi ini, oleh karena itu kita sebagai orang muslim harus meyakini jika terjadi sesuatu pada diri manusia atau lainnya, maka tidak ada yang dapat menghilangkan kesulitan musibah atau adzab tersebut melainkan hanya Allah saja.
Sebagaimana Firman Allah: “Jika Allah menimpakan suatu kemudlaratan kepadamu, maka tidak ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia” (Yunus:107)
Firman Allah yang lain: “Atau siapakah yang memperkenankan (do’a) yang dalam kesulitan apabila ia berdo’a kepadaNya dan (siapakah) yang menghilangkan kesusahan dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di muka bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Amat sedikitlah kamu mengingat(Nya).” (An-Naml 62)
Oleh karena itu Allah sangat murka jika ada orang mempersekutukanNya, dimana ia meminta berdoa dan memohon kepada selain-Nya. Kenyataan yang ada saat ini banyak dari kaum muslimin yang melakukan semua itu. Sebagai contoh yang banyak sekarang ini, betapa banyaknya kaum muslimin yang meminta, memohon pertolongan. atau istighotsah kepada kubur-kubur tertentu.
Mereka beranggapan bahwa kubur itu memiliki keramat, barakah atau dapat menghubungkan kita kepada Allah, maka perbuatan seperti ini adalah perbuatan syirik akbar atau syirik besar –yang dosanya tidak akan diampuni jika ia belum bertaubat sebelum meninggal. Meskipun mereka menganggap bahwa penghuni kubur itu adalah orang-orang yang mulia atau orang yang suci atau orang-orang yang dekat dengan Allah. Tetapi mereka tidak dapat memberi manfaat atau menolak bahaya. Kita dapat melihat dalam sejarah, bahwa tidak ada seorang sahabatpun yang mendatangi kuburan Rasulullah, padahal beliau adalah manusia paling mulia, dan orang yang paling dekat dengan Allah dibandingkan dengan orang-orang sesudahnya. Bahkan Rasulullah tidak dapat menolak bahaya sebagaimana firman Allah: Katakanlah: “Aku tidak berkuasa menarik kemanfaatan dan tidak (pula) menolak kemudharatan kecuali yang dikehendaki Allah. Dan sekirannya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku tidak lain adalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira kepada orang-orang yang beriman” (al-A’raaf: 188).
Anggapan para penyembah kubur bahwa yang mereka lakukan adalah sebagai perantara /tawassul kepada penghuni kubur itu. Maka kita kepada tanyakan kepada mereka: “Apakah kalian tidak membaca firman Allah: “Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata) Kami tidak menyembah mereka melainkan su-paya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya” (az-Zumar : 3)
Oleh sebab itu. jika dikatakan bahwa orang-orang sudah mati itu bisa mendekatkan diri kita kepada Allah, maka semua itu dusta, yang berarti menyatakan pernyataan sama dengan orang-orang musyrik. Allah berfirman:
Sesungguhnya apa saja yang kamu ibadahi selain Allah adalah berhala, dan kamu berbuat dusta. Sesungguhnya yang kamu sembah selain Allah itu tidak mampu memberikan rezki kepadamu; maka mintalah rezki itu di sisi Allah, dan sembahlah Dia dan bersyukurlah kepada-Nya. Hanya kepada-Nyalah kamu akan dikembalikan. (Al-Ankabuut 17)
Orang-orang yang sudah mati tidaklah dapat memberikan manfaat atau mudlarat kepada kita, bahkan sebaliknya merekalah yang justru butuh kepada do’a kita. Dalam hadits yang lain. ketika Nabi ditanya oleh shahabatnya tentang amal-amal yang memasukkan ia ke dalam syurga dan menjauhkan ia dari api neraka. Maka Nabi menjawab: “Beribadahlah hanya kepada Allah saja, dan jangan berbuat syirik kepadaNya dengan sesuatu apapun juga. (HR.At-Thabrani)
Rasulullah bersabda: “Maukah kalian aku beritahukan tentang dosa yang paling besar? Kami menjawab: “Mau wahai Rasulullah.” Beliau bersabda: “Berbuat syirik kepada Allah, berbuat durhaka kepada kedua Orang tua dan berkata dusta.” (HR. Bukhari. Muslim dan Ahmad).
Tentang Bahaya Syirik ini Allah berfirman: “Seandainya mereka mempersekutukan Allah niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah
mereka kerjakan.” (Al-An’am 88)
Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah,. maka pasti Allah haramkan kepadanya syurga dan tempatnya ialah neraka dan tidak. ada seorang penolong pun bagi orang-orang yang zhalim itu. (Al-Maidah :72)
Oleh karena itu.merugilah orang-orang yang berbuat syirik, mudah-mudahan kita dijauhkan oleh Allah dari perrbuatan syirik tersebut. Para pembaca yang budiman. dalam hadits Abu Darda’ di atas disebutkan larangan Rasulullah agar
tidak mempersekutukan Allah dengan sesuatu apapun, yang juga diikuti dengan kata meskipun engkau dipotong/dibunuh atau dibakar, hal ini menunjukkan kerasnya larangan Rasul agar umatnya tidak menyekutukan Allah, meskipun dengan mengorbankan nyawanya sendiri. seperti para shahabat yang mcmpertahankan syahadat ini. Maka mereka pun tak luput dari siksa. ancaman bahkan dibunuh, akan tetapi mereka tetap tidak berbuat syirik sedikitpun.
Contoh yang lain, seperti Ashhabul ukhdud yang Allah terangkan dalam surat al-Buruj:4-9 yaitu sekelompok masyarakat yang beriman kepada Allah dan mengingkari ketuhanan seorang raja, maka raja tersebut membuatkan parit yang diisi dengan kayu bakar. kemudian menyuruh semua masyarakat yang beriman tersebut agar masuk ke dalamnya, sehingga mati terbakar disebabkan mempertahankan kalimat LAA ILAHA ILLALLAH.
Contoh lain seperti Abu Dzar al-Ghifari yang dipukuli dan disiksa sampai pingsan. Kemudian Ammar bin Yasir, Sumayyah, Bilal bin Rabbah, Khabbab ibnu Art dan para shahabat yang lain. Mereka itulah syuhada dalam Islam ini yang mendapat ujian dan cobaan yang berat sekali dalam mempertahankan kalimat LAA ILAHA ILLALLAH MUHAMMADAR RASULULLAH.

Leave reply

Back to Top